Dalam konteks globalisasi, banyak lagu daerah yang mulai bertransformasi, beradaptasi dengan aliran musik modern. Perpaduan antara musik tradisional dan unsur pop telah melahirkan genre baru yang berhasil menarik perhatian generasi muda. Walau demikian, esensi dan nilai yang terkandung dalam musik tradisional tetap dipertahankan. Kebangkitan kembali minat terhadap lagu-lagu etnis ini menciptakan peluang untuk memperkuat politik budaya. Semakin banyak orang mulai menyadari bahwa mereka tidak hanya konsumtif, tetapi juga harus menjadi pelindung dan penggagas identitas budaya mereka.
Di sisi lain, pemerintah dan organisasi non-pemerintah juga mulai menyadari pentingnya musik tradisional dalam membangkitkan semangat persatuan. Banyak festival musik yang diadakan untuk merayakan keragaman budaya, di mana lagu daerah ditampilkan sebagai bagian dari upaya memperkuat identitas nasional. Selain itu, pendidikan mengenai musik tradisional telah diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah, sehingga generasi muda dapat lebih memahami dan menghargai kekayaan budaya mereka.
Namun, tidak semua perubahan membawa dampak positif. Ada saatnya ketika politik identitas dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu, menjadikan musik sebagai alat untuk memecah belah bukannya menyatukan. Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks di balik setiap lagu tradisional dan bagaimana cara penyajiannya dalam diskursus politik. Perdebatan tentang budaya dan identitas bisa saja terasa menguras emosi, tetapi yang pasti, lagu etnis tetap menjadi jembatan untuk memahami kompleksitas masyarakat.