Kepemimpinan Maduro dalam mengelola krisis ini seringkali mendapat kritik tajam. Kebijakan-kebijakan yang diambilnya dianggap tidak efektif dalam menghadapi berbagai masalah yang ada. Alih-alih mencari solusi dengan mendengarkan saran dari berbagai pihak, Maduro cenderung mempertahankan posisi kekuasaan dan mengabaikan keluhan rakyatnya. Penanggulangan inflasi yang serampangan dengan pencetakan uang tanpa batas semakin memperburuk situasi, membuat nilai mata uang Venezuela, bolívar, nyaris tidak ada artinya.
Krisis yang terjadi di negara kaya minyak ini tidak hanya berdampak pada perekonomian, tetapi juga menciptakan gelombang emigrasi masif. Rakyat Venezuela berbondong-bondong meninggalkan negara mereka demi mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain. Negara-negara tetangga seperti Kolombia dan Brasil menjadi tujuan utama bagi para pengungsi yang mencari perlindungan dari kelaparan dan kemiskinan. Pengungsi ini membawa serta kisah-kisah memilukan tentang perjuangan hidup yang dialami di tanah kelahiran mereka.
Sementara itu, pemerintah Venezuela di bawah kepemimpinan Maduro tetap bertahan, meskipun pemerintahannya dikecam oleh pengamat internasional. Maduro sering kali menyalahkan negara-negara asing dan "musuh-musuh" politiknya atas krisis yang melanda, merujuk pada sanksi internasional yang dijatuhkan kepada Venezuela sebagai penyebab utama kesulitan ekonomi yang dialami. Namun, banyak ahli berpendapat bahwa masalah mendasar berasal dari kesalahan manajemen sumber daya dan kebijakan ekonomi yang keliru.