Di banyak negara, kita melihat bagaimana gerakan protes yang terkait dengan isu-isu sosial dan politik mulai memasukkan elemen agama dalam permintaan mereka. Mereka menuntut agar nilai-nilai agama, yang mengajarkan tentang keadilan dan kesetaraan, diterapkan dalam kebijakan pemerintah. Ini menunjukkan bahwa rakyat tidak hanya menerima legitimasi yang diberikan oleh penguasa, tetapi juga menuntut tanggung jawab atas apa yang sebenarnya diajarkan oleh agama.
Akhirnya, konteks global juga memberikan kontribusi pada dinamika antara agama dan kekuasaan. Dengan meningkatnya komunikasi dan media sosial, ide-ide dan kritik mengenai penggunaan agama untuk legitimasi kekuasaan dapat tersebar dengan cepat. Hal ini memberikan ruang bagi masyarakat untuk melakukan diskusi dan refleksi mengenai apakah legitimasi yang diberikan oleh penguasa masih valid atau tidak, serta tantangan baru bagi para pemimpin dalam mempertahankan posisi mereka.