Saat bersilaturahmi dengan sejumlah pemimpin redaksi media massa di Istana Merdeka, Jakarta yang digelar pada Rabu 17 Mei 2017, Presiden Jokowi Widodo mengungkapkan kegusarannya atas kebangkitan PKI.
"Saya dilantik jadi Presiden yang saya pegang konstitusi, kehendak rakyat. Bukan yang lain-lain. Misalnya PKI nongol, gebuk saja. TAP MPR jelas soal larangan itu," ujar Jokowi seperti yang dikutip KOMPAS.COM.
Bukannya PKI sudah tidak ada lagi? Dan, sebelum TAP MPRS No. 25 Tahun 1966 dicabut, PKI atau partai yang berideologikan kumunisme tidak akan ada lagi. Jadi, siapa yang mau digebuk Jokowi?
Jokowi pun tidak perlu risau dengan tuduhan sebagai keturunan kader PKI. Cukup dengan dengan logika sederhana “Kalau Ayah Kandung Jokowi PKI, Berarti Ia lebih Hebat dari Agen Mossad” tudingan tersebut terbantahkan.
Kalau PKI yang bakal jadi sasaran gebuk adalah Partai Komunis Indonesia atau partai yang berhaluan komunis pastinya Jokowi hanya akan menggebuk angin. Tetapi, kalau yang dimaksud adalah kelompok yang dalam gerakannya menggunakan pola-pola PKI, Jokowi akan dengan mudah menemukan dan menggebuk kelompok tersebut.
Komunis memang tidak harus PKI. Dan komunisme dapat kembali bereinkarnasi tanpa harus memugar kembali PKI yang telah menjadi puing-puing. Komunisme bisa menyusup ke mana saja. Komunisme bisa di-install-kan pada siapa saja.
Secara garis besar, saat ini ada kelompok terorganisir, semi terorganisir, dan tidak terorganisir yang menggunakan pola-pola PKI. Untuk mencapai tujuannya, kelompok-kelompok ini menggunakan pola-pola seperti yang pernah dipraktekkan oleh PKI. Misalnya, memusuhi kelompok Islam dan memposisikan Islam sebagai ancaman bagi NKRI, mengumbar serentetan fitnah keji terhadap TNI dan menganggap TNI sebagai ancaman terhadap pemerintah.
Selain itu, kelompok ini mengklaim sebagai pemilik sah NKRI, sebaliknya, kelompok lawan diposisikan sebagai anti-NKRI, anti-Pancasila, anti-Bhinneka Tunggal Ika, korup, kotor, bidoh, dan berbagai sebutan buruk lainnya. Dan, akibat pola-pola PKI yang dimainkan kelompok ini, saat ini bangsa Indonesia sedang dalam situasi terpecah belah.
Sebagaimana pola yang dilakukan oleh PKI, kelompok-kelompok yang dikenal sebagai pendukung Ahok yang rerata juga pendukung Jokowi ini terus menerus menebar permusuhan kepada kelompok masyarakat yang dianggap tidak sejalan dengan kepentingannya.
Beberapa hari yang lalu, dalam sebuah aksi dukungan untuk Ahok,seorang orator menghujat, memaki, dan menghinadinakan Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan dengan sedemikian nistanya. Serangan brutal terhadap JK tersebut tidak hanya dilontarkan oleh orator pendukung Ahok, tetapi juga oleh kader terbaik PDIP, Adian Napitupulu, yang dalam kesempatan berbeda berupaya memposisikan JK sebagai seorang pengkhianat. Karuan saja, perilaku Ahoker tersebut memancing kemarahan warga Sulawesi Selatan.
Di lain kesempatan seorang Ahoker yang juga diketahui sebagai pendukung Jokowi melakukan aksi bakar lilin tunggal di Padang. Bagi, para Ahoker, aksi tersebut tidak bermasalah. Para Ahoker menganggap aksi tersebut merupakan hak bagi setiap warga Indonesia. Para Ahoker pun kemudian membandingkannya dengan aksi bakar lilin lainnya.