Aswan, seorang kader PDIP Sumut menegaskan bahwa keputusan tersebut adalah langkah yang tepat bagi Golkar. Menurutnya, Musa Rajekshah lebih layak diunggulkan dalam internal Golkar berdasarkan tiga pertimbangan besar. Pertama, Ijeck merupakan seorang kader dan ketua Golkar Sumut sebelumnya, juga menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumut. Selain itu, pengalaman Ijeck dalam membawa kemenangan bagi Golkar menjadi sorotan penting. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan Golkar kepada Ijeck sebagai Calon Gubernur memiliki dasar yang kuat dan terstruktur.
Beberapa kesuksesan Ijeck (Musa Rajekshah), Ketua DPD Golkar Sumut berhasil menorehkan prestasi yang lebih baik. Terbukti jumlah perolehan kursi Golkar Sumut di DPR RI pada Pemilu 2024 lalu naik dari 4 kursi menjadi 8 kursi. Peningkatan signifikan juga diperoleh Golkar di DPRD Sumut, dari 15 kursi pada pemilu 2019 menjadi 22 kursi pada Pemilu 2024 atau 22 persen. Dengan perolehan kursi sebanyak itu, Golkar Sumut merupakan partai yang bisa mengusung calon gubernur tanpa berkoalisi dengan partai lain.
Selain itu, Aswan menyatakan bahwa PDIP siap menghadapi figur siapapun yang akan maju sebagai calon Gubernur dari Golkar. Namun, menurutnya, kompetisi antara Ijeck dan Bobby akan lebih menarik dan dinamis sebagai bagian dari edukasi politik di Pilgub Sumut. Ia menambahkan bahwa hal tersebut dapat menjadi bagian dari dinamika dalam kontestasi politik, sehingga pemilih memiliki pilihan yang lebih luas dan representatif.
Sutrisno Pangaribuan, politisi PDIP, juga menyatakan pandangannya terhadap penolakan terhadap Bobby yang disampaikan oleh sejumlah kader Golkar Sumut. Menurutnya, penolakan tersebut merupakan sebuah aspirasi kader yang perlu diapresiasi. Dia menekankan bahwa partai yang serius membangun kelembagaan partainya akan mengutamakan kader sendiri dalam Pilgub. Selain itu, Sutrisno juga berharap agar Golkar tidak mengorbankan kader terbaiknya seperti yang dialami PDIP pada pemilihan Wali Kota Medan 2020.