Jelang perhelatan putaran kedua Pilgub DKI 2017, sejumlah informasi “kolong meja” beredar luas. Kemarin, 17 April 2017, diinformasikan adanya pertemuan antara taipan pendukung paslon Ahok-Djarot dengan sejumlah pimpinan redaksi di daerah Soedirman SCBD.
Konon, menurut informasi “kolong meja tersebut, para pemimpin redaksi diarahkan untuk memenangkan Ahok-Djarot dengan selisih suara 3 %. Caranya tentu saja dengan memberitakan hasil quick count dengan Ahok-Djarot sebagai pemenang Pilgub DKI 2017.
(Mungkin yang benar bukan quick count, tapi exit poll. Sebab quick count berdasarkan hasil perhitungan suara yang dihitung setelah tahap pemungutan suara ditutup. Sedang exit poll adalah hasil survei yang dilakukan kepada pemilih yang baru keluar dari TPS.)
Informasi “kolong meja” tentang skenario pemenangan Ahok-Djarot yang dilakukan dengan menggalang kekuatan media bisa benar, bisa juga tidak alias hoax. Namun demikian, ada sejumlah fakta menarik yang patut dicermati tentang adanya upaya pemenangan pasangan calon bernomor urut 2 ini. Fakta menarik itu adalah kejanggalan pada bertambah dan berkurangnya jumlah DPT di seluruh Jakarta.
Jumlah DPT Jakarta Selatan, misalnya, berkurang dari 1.627.583 menjadi 1.606.921 atau berkurang sebanyak 20.662 pemilih. Sebagaimana diketahui, pemenang di wilayah Jakarta Selatan adalah paslon nomor 3 Anies-Sandi, dengan selisih 6% suara dari suara Paslon nomor 2.
Begitu pula dengan DPT wilayah Jaktim yang diketahui sebagai kantong suara paslon nomor urut 3. Di wilayah ini jumlah DPT berkurang sebanyak 18.064. Meski DPT mengalami pengurangan, anehnya, jumlah TPS di Jakarta Timur mengalami penambahan sebanyak 4 buah. Keempat TPS tersebut berada di rusun. Konon penambahan TPS di wilayah tersebut disebabkan banyaknya pengguna DPTb.