Tampang

Love Bombing: Ketika Kasih Sayang Berubah Menjadi Manipulasi

6 Jul 2025 21:31 wib. 26
0 0
Love Bombing
Sumber foto: Canva

Pujian Berlebihan dan Mengawang: Pujian tidak hanya tentang penampilan, tetapi seringkali terasa tidak realistis atau terlalu dramatis, seperti "Kita adalah soulmate sejati," atau "Saya belum pernah bertemu orang sesempurna ini." Pujian ini bertujuan untuk menaikkan ego korban dan membuatnya merasa unik.

Perhatian Konstan dan Menuntut: Pelaku mungkin akan terus-menerus menghubungi, ingin tahu setiap detail aktivitas, dan bisa menjadi kesal jika tidak mendapat perhatian penuh.

Hadiah dan Janji-janji Manis: Memberikan hadiah mahal atau melakukan tindakan besar yang terasa terlalu berlebihan untuk tahap awal hubungan, seringkali disertai janji-janji masa depan yang muluk-muluk (misalnya, "Kita akan punya rumah besar dan hidup bahagia selamanya").

Minimnya Batasan: Pelaku cenderung mengabaikan batasan pribadi yang ditetapkan oleh korban, atau bahkan mendesak untuk bertemu atau berkomunikasi tanpa henti.

Mengisolasi Korban: Secara halus atau terang-terangan, pelaku mulai menciptakan jarak antara korban dan lingkaran sosial atau keluarga korban, menjadikan diri mereka sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan dan validasi. Ini penting agar korban hanya bergantung pada mereka.

Transisi ke Fase Berikutnya: Devaluasi dan Penolakan

Bagian yang paling berbahaya dari love bombing adalah transisinya. Begitu pelaku merasa bahwa korban telah terikat secara emosional dan bergantung, fase love bombing akan berakhir. Kasih sayang yang berlebihan itu tiba-tiba menghilang atau berkurang drastis. Ini digantikan oleh fase devaluasi, di mana pelaku mulai merendahkan, mengkritik, atau bahkan mengabaikan korban. Mereka mungkin akan menyalahkan korban atas "kesalahan" kecil atau menciptakan argumen yang tidak masuk akal.

Pada tahap ini, korban akan merasa bingung, kosong, dan putus asa. Mereka akan berusaha keras untuk mendapatkan kembali "cinta" yang pernah mereka rasakan di fase love bombing, merasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan atau tidak cukup baik. Inilah yang membuat korban semakin terjebak dalam siklus manipulatif dan menjadi sangat bergantung pada pelaku untuk mendapatkan kembali validasi dan "cinta" yang hilang.

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?