Penelitian lebih lanjut dilakukan di berbagai lokasi geologis yang dianggap memegang kunci utama untuk mengetahui keberadaan Pontus. Para peneliti menjelajahi formasi batuan di Jepang, Kalimantan, Filipina, dan Selandia Baru, yang merupakan area-area yang diketahui menyimpan jejak-jejak geologis dari zaman purba. Akhirnya, di Kalimantan bagian utara, para ilmuwan berhasil menemukan tanda tangan magnetik dalam bebatuan yang memperlihatkan bahwa lempeng yang selama ini hilang berasal dari area jauh di utara yang sebelumnya tidak terduga. Penemuan ini juga menambah bukti bahwa Pontus pernah menjadi bagian dari jaringan besar lempeng tektonik yang ada di wilayah Pasifik.
Tak hanya di Kalimantan, temuan serupa juga ditemukan di Palawan dan Laut China Selatan, yang menunjukkan bahwa lempeng Pontus dulunya memiliki jangkauan yang lebih luas dan berinteraksi dengan lempeng-lempeng lain dalam formasi geologis yang kompleks. Penelitian menunjukkan bahwa Pontus dapat bertahan selama lebih dari 160 juta tahun sebelum akhirnya menghilang dari permukaan Bumi sekitar 20 juta tahun lalu.
Proses subduksi yang dialami Pontus merupakan bagian dari siklus hidrologi yang mendalam dan rumit yang berperan penting dalam pembentukan geologis lapisan-lapisan di bawah permukaan Bumi. Ketika Pontus bertabrakan dengan lempeng lainnya, ia tenggelam ke dalam kerak Bumi, yang menyebabkan efek signifikan di seluruh daerah sekitarnya. Pengaruh dari Pontus ini telah dapat dilihat dalam struktur geologi yang masih ada hingga saat ini.