Sementara itu, Hiri Motu adalah variasi dari bahasa Motu, yang merupakan bahasa Austronesia yang digunakan di sekitar Port Moresby, ibu kota Papua Nugini. Berbeda dengan Tok Pisin, Hiri Motu lebih sedikit terpengaruh oleh bahasa Inggris.
Sebaliknya, Hiri Motu berkembang dengan tata bahasa dan kosa kata yang lebih sederhana, sehingga memudahkan komunikasi antar berbagai kelompok etnis yang berbicara bahasa asli mereka sendiri. Dengan demikian, Hiri Motu menjadi alat yang sangat penting untuk menjembatani keragaman bahasa yang ada di Papua Nugini.
Namun, selain tiga bahasa resmi tersebut, Papua Nugini memiliki ratusan bahasa asli lainnya yang digunakan oleh berbagai kelompok etnis di seluruh wilayah negara ini. Papua Nugini, yang terdiri dari pulau utama dan ratusan kepulauan di Samudra Pasifik, memiliki keragaman budaya yang sangat tinggi.
Setiap daerah memiliki bahasa dan kebudayaan yang berbeda, yang dipengaruhi oleh pegunungan, hutan lebat, serta tantangan geografis yang membuat mobilitas penduduk antar wilayah menjadi sulit. Oleh karena itu, pertemuan antar kelompok etnis sangat jarang terjadi, yang menyebabkan perkembangan bahasa dan budaya yang sangat khas di setiap wilayah.
Keragaman bahasa ini mencerminkan betapa sulitnya interaksi antar penduduk di Papua Nugini. Sebuah studi yang dilakukan pada 2017 menunjukkan bahwa keragaman genetika di Papua Nugini sangat tinggi, bahkan lebih besar dibandingkan dengan keragaman genetika yang ada di Eropa atau Asia Timur.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa perbedaan genetika antara kelompok yang tinggal di daerah pegunungan dan dataran rendah di Papua Nugini sudah terjadi sejak 10.000 hingga 20.000 tahun yang lalu.