Tampang.com | Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Atip Latipulhayat menyoroti rendahnya tingkat literasi siswa Indonesia. Berdasarkan data Programme for International Student Assessment (PISA), kemampuan membaca siswa Indonesia masih di bawah rata-rata negara-negara ASEAN dan hanya sedikit lebih baik dibandingkan Filipina. Sementara itu, skor membaca siswa Indonesia jauh tertinggal dari negara seperti Singapura.
Untuk mengatasi hal ini, Atip menyarankan agar siswa membaca setidaknya satu buku dalam seminggu. Menurutnya, kebiasaan ini dapat meningkatkan pemahaman membaca serta menumbuhkan budaya literasi di kalangan pelajar.
Membaca Tanpa Memahami, Masalah Utama Literasi
Salah satu tantangan terbesar dalam literasi di Indonesia adalah fenomena reading without understanding, di mana siswa mampu membaca tetapi tidak memahami isi bacaan.
Dalam upaya meningkatkan literasi, Atip menekankan bahwa pembelajaran harus dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Ia mengusulkan agar setiap kelas memiliki program membaca minimal satu buku per minggu, disesuaikan dengan usia siswa dan dibuat dengan metode yang menggembirakan. Setelah membaca, siswa juga perlu diberikan kesempatan untuk mengekspresikan isi buku yang mereka baca di depan kelas.