Nah, sekarang kita lirik homeschooling. Ini adalah pendidikan alternatif di mana anak-anak belajar di rumah, biasanya dengan orang tua sebagai pengajar utama, atau dibantu tutor dan komunitas. Kelebihan paling menonjol dari homeschooling adalah fleksibilitas dan personalisasi. Orang tua bisa merancang kurikulum yang sesuai dengan minat, gaya belajar, dan kecepatan anak. Kalau anak suka seni, materi seni bisa diperbanyak. Kalau anak jago matematika, bisa langsung lompat ke materi yang lebih sulit tanpa harus menunggu teman lain. Ini memungkinkan potensi anak digali secara maksimal.
Selain itu, homeschooling juga memungkinkan anak belajar dalam lingkungan yang lebih aman dan nyaman. Mereka terhindar dari tekanan sosial yang mungkin ada di sekolah formal. Waktu belajar juga bisa lebih fleksibel, disesuaikan dengan ritme keluarga. Kesempatan untuk belajar langsung dari pengalaman, seperti kunjungan ke museum, industri, atau proyek-proyek praktis, juga lebih terbuka.
Tapi, homeschooling juga punya tantangan yang nggak kalah besar. Yang pertama adalah soal sosialisasi. Kalau tidak diimbangi dengan kegiatan di luar rumah atau bergabung dengan komunitas homeschooling, anak bisa jadi kurang terbiasa berinteraksi dengan orang banyak. Kemudian, beban ada di pundak orang tua. Mereka harus punya waktu, pengetahuan, dan kesabaran untuk jadi "guru" sekaligus "fasilitator". Biaya untuk materi belajar, fasilitas, atau tutor juga bisa jadi pertimbangan. Dan, tentu saja, tidak semua orang tua punya kompetensi untuk mengajarkan semua mata pelajaran.