Tampang.com | Dunia pendidikan Indonesia kembali bergejolak usai Kementerian Pendidikan mengumumkan penerapan kurikulum baru yang akan menggantikan Kurikulum Merdeka. Keputusan ini menuai reaksi keras dari para pendidik dan pengamat pendidikan yang menilai perubahan terlalu sering dan minim evaluasi menyeluruh.
Sejak era Reformasi, setidaknya sudah ada lima kurikulum yang diterapkan, dengan durasi rata-rata hanya 3–5 tahun. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah sistem pendidikan nasional hanya dijadikan ruang eksperimen kebijakan?
Pendidik Bingung, Siswa Jadi Korban
Perubahan kurikulum yang terlalu cepat membuat guru dan sekolah kelabakan dalam penyesuaian. Buku-buku pelajaran harus diganti, pelatihan guru tergesa-gesa, dan siswa menjadi obyek yang terus-menerus harus menyesuaikan diri.
“Kami baru saja terbiasa dengan Kurikulum Merdeka, sekarang harus belajar yang baru lagi. Ini melelahkan,” ungkap Rina Suryani, guru SMP di Bandung.