Visa pelajar Australia telah mengalami penurunan yang signifikan, dengan data dari Departemen Dalam Negeri Australia menunjukkan penurunan hampir 30% dalam empat bulan pertama tahun 2024, dari 104,808 visa menjadi 74,421 visa dari tahun ke tahun. Penurunan ini merupakan dampak jangka pendek dari revisi kebijakan migrasi Australia yang lebih ketat.
Kebijakan baru tersebut mencakup penghentian konversi visa turis menjadi visa pelajar mulai bulan depan, yang telah meningkatkan penolakan visa dan menurunkan tingkat persetujuan keseluruhan menjadi 77,4%, turun dari 80,5% tahun sebelumnya. Inisiatif-inisiatif ini juga merupakan bagian dari strategi migrasi yang diluncurkan tahun lalu. Kebijakan tersebut mencakup peningkatan persyaratan dana minimum, pembatasan pendaftaran internasional (mulai Januari 2025), dan langkah-langkah untuk memperketat proses transisi visa bagi pelajar.
Sejak penerapannya, kebijakan-kebijakan ini telah menyebabkan meningkatnya penolakan visa dan tuntutan transparansi dalam proses persetujuan visa. Calon siswa diharuskan menunjukkan bukti finansial yang lebih kuat, kemahiran bahasa Inggris yang lebih baik, dan lulus "Tes Siswa Asli," menurut VnExpress. Strategi Migrasi Nasional yang baru dari pemerintah bertujuan untuk menutup kesenjangan dalam sistem pendidikan internasional dan memastikan bahwa sistem migrasi hanya memberikan visa kepada mereka yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan di Australia.
Kebijakan baru ini juga bertujuan untuk membatasi “visa hopping,” sebuah praktik di mana pelajar dan pemegang visa sementara memperpanjang masa tinggal mereka di negara tersebut, terkadang tanpa batas waktu. Peraturan baru ini juga melarang pemegang Visa Pascasarjana Sementara untuk mengajukan Visa Pelajar di Australia. Kebijakan ini diterapkan sebagai respons terhadap lonjakan permohonan konversi visa turis menjadi visa pelajar, dengan 36.000 permohonan diajukan antara pertengahan tahun 2023 hingga Mei 2024. Australia telah memperketat peraturan visa pelajar internasional sejak akhir tahun 2023 untuk mengurangi separuh jumlah imigran dalam waktu dua tahun.
Kebijakan tersebut antara lain memperpendek jangka waktu visa dari 4-6 tahun menjadi 2-4 tahun, mengklasifikasikan universitas menjadi tiga tingkatan berdasarkan risiko penipuan visa dengan proses visa yang berbeda, meningkatkan persyaratan bahasa Inggris menjadi IELTS 6.0-6.5, dan menetapkan pembatasan kerja paruh waktu di 24 jam per minggu. Kebijakan-kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan mengurangi penipuan visa, namun mengakibatkan proses visa yang lebih rumit dan persyaratan yang lebih ketat bagi sebagian siswa.