Mahasiswa baru seringkali mengalami culture shock ketika memasuki lingkungan baru, terutama jika mereka pindah dari daerah yang sangat berbeda. Culture shock merupakan perasaan tidak nyaman atau kebingungan yang muncul saat seseorang berada di lingkungan yang berbeda secara budaya, sosial, atau bahkan geografis. Hal ini seringkali terjadi pada mahasiswa baru yang menghadapi perubahan lingkungan dari desa ke kota besar, atau bahkan dari Indonesia ke luar negeri. Perasaan ini bisa mengganggu keseimbangan emosional serta aktivitas sehari-hari, namun ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi culture shock.
Mahasiswa baru seringkali menjadi target culture shock karena mereka harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan, nilai, bahasa, dan norma-norma baru. Proses adaptasi ini memerlukan waktu dan kesabaran. Salah satu cara untuk mengatasi culture shock adalah dengan memahami fase-fase yang biasa dialami oleh mahasiswa baru saat menghadapi perubahan lingkungan.
Fase pertama dari culture shock adalah fase euforia atau kegembiraan. Pada fase ini, mahasiswa baru cenderung merasa senang dan antusias dengan segala sesuatu yang baru di lingkungan barunya. Namun, fase ini biasanya tidak berlangsung lama, dan kemudian muncul fase depresi atau kebingungan. Pada fase ini, mahasiswa baru akan merasa kehilangan, kesusahan beradaptasi, dan mungkin merasakan rasa kangen terhadap lingkungan lamanya. Fase inilah yang seringkali membuat mahasiswa baru merasa culture shock secara intens.