Tampang

Bagaimana jika Indonesia Tanpa Guru

12 Mei 2017 09:18 wib. 2.829
0 0
fikri faturrahman


Kita hidup di abad ke-21, dituntut untuk berpikiran kritis, mengedepankan kepada pemecahan masalah, komunikasi dengan baik dan bergerak kolaboratif, melek terhadap ICT dan literasi, kehidupan yang damai melalui kesadaran budaya dan juga harmonisasi dalam dinamika sosial politik di dunia ini. Kemudian kita harus berpikir, bahwa masalah yang sama-sama kita hadapi saat ini tanpa pengecualian adalah tentang bagaimana kita bertahan dalam hidup ini dalam konteks yang luas? Tentu sebuah pendalaman dalam berpikir kritis tentang kehidupan hari ini. Satu-satunya senjata ampuh yang kemudian akan membantu terpenuhinya segala tuntutan tersebut, yaitu Pendidikan.


Berbicara pendidikan, tidak melulu berkaitan dengan sekat kelas, kapur barus, kartu Indonesia pintar, bangku dan juga meja. Dalam tulisan ini, mari kita hadirkan seorang sosok pribadi dengan segala kemampuannya mampu menjadikan kita menjadi manusia seutuhnya. Dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, kemudian perubahan lainnya yang mungkin tidak dirasakan langsung oleh diri kita. Guru, sosok yang membawa perubahan besar.


Kita hari ini adalah akumulasi dari guru-guru yang kita temui sebelum-sebelumnya ataupun saat ini. Jika Ki Hadjar Dewantara berkata bahwa kita harus menjadikan setiap ruang adalah sekolah dan setiap orang adalah guru, maka berapa banyak guru yang sudah kita temui dalam kehidupan kita ? ah, nyatanya konteks itu terlalu luas. Mari kita lebih mendalam, guru dalam konteks pendidikan. Baik formal, non-formal, maupun informal. Berdasarkan UU Sisdiknas No.20 tahun 2003, dan UU Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005, yang memberikan penjelasan tentang guru dengan beragama namanya.


Dalam pendidikan informal, kita namakan guru itu adalah Ayah, Ibu, dan juga bagian dari keluarga kita. Madrasah pertama, yang memberikan pendidikan tentang bagaimana seharusnya kita hidup. Kemudian untuk pendidikan formal, sudah tak asing lagi kita temui seorang pendidik yang dinamakan guru. Guru dalam berbagai bidangnya yang memberikan kita asupan pengetahuan dan juga bagaimana kita mampu merespon kejadian-kejadian yang ada. Terakhir, dalam pendidikan non-formal sering kita temui tutor, pembimbing, kaka asuh, dan nama-nama lain yang sesuai dengan konteksnya. Begitu besar peran guru dalam setiap segmentasi pendidikan, sehingga amat disayangkan jika Negeri ini mengacuhkan dan tidak mengedepankan nasib guru-guru kita.

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Aturan Pemilu Perlu Direvisi?