Harapan yang Tak Kunjung Terealisasi: Limbah Tak Terkikis
Meski kondisi limbah sudah menumpuk sedemikian rupa, Mul menyatakan bahwa nelayan atau warga setempat belum terlalu khawatir. Mereka masih berharap bahwa limbah tersebut pada akhirnya akan terkikis oleh proses alam, berubah menjadi semacam pasir. "Makanya nelayan di sini enggak akan khawatir, itu kikisannya akan jadi seperti pasir," jelas Mul, menunjukkan keyakinan yang kuat pada adaptasi alam.
Ketiadaan Alternatif Tempat Pembuangan yang Memadai
Mul menjelaskan bahwa warga terpaksa membuang limbah kulit kerang ke pantai karena tidak ada tempat lain yang memadai. Limbah kulit kerang memiliki karakteristik khusus yang membuatnya tidak bisa dibuang sembarangan, apalagi di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) biasa, yang tidak dirancang untuk menangani jenis sampah ini.
Dilema Produksi Kerang yang Terus Berjalan
Permasalahan ini diperparah dengan fakta bahwa budidaya kerang di Cilincing terus berjalan setiap harinya. Produksi kerang yang konstan berarti limbah kulit kerang pun selalu dihasilkan dalam volume besar. Situasi ini membuat penumpukan di TPS menjadi tidak mungkin, karena akan dengan cepat melampaui kapasitas penampungan yang ada.
Penumpukan Limbah Sudah Berlangsung Puluhan Tahun
Berdasarkan penuturan Mul, penumpukan limbah kulit kerang di pinggir pantai Jalan Kalibaru Barat VI E, Cilincing, Jakarta Utara, memang sudah berlangsung puluhan tahun. "Sudah lama, dari saya belum lahir juga udah buang (kulit kerangnya) di situ," ujarnya, menggarisbawahi bahwa ini adalah masalah turun-temurun.