Menjelang perayaan Nyepi yang jatuh pada Tahun Baru Saka 1947, umat Hindu di Kota Palangka Raya melaksanakan ritual melasti di tepian Sungai Kahayan pada Rabu, 26 Maret. Prosesi sakral ini merupakan bagian integral dari rangkaian penyucian diri dan alam semesta sebagai persiapan untuk menyambut Nyepi yang tahun ini dijadwalkan pada tanggal 29 Maret 2025.
Ketua Badan Penyiaran Hindu, Oka Swastika, menjelaskan bahwa hari raya Nyepi adalah waktu yang sangat berarti bagi komunitas Hindu. “Nyepi adalah hari libur nasional yang diberikan kepada kami umat Hindu. Ini adalah kesempatan bagi kami untuk melakukan refleksi diri, melakukan evaluasi perjalanan setahun ke belakang, menilai mana yang baik dan mana yang perlu diperbaiki,” urainya dengan antusias pada hari prosesi.
Seiring dengan itu, ritual melasti sendiri merupakan simbol dari penyucian, baik secara fisik maupun spiritual. Dalam prosesi tersebut, umat Hindu mengangkut pratima atau benda-benda suci menuju sungai untuk dibersihkan dengan air yang mengalir. “Di daerah lain, biasanya upacara ini dilakukan di laut. Mengingat Palangka Raya tidak memiliki laut, kami melaksanakannya di sungai sebagai simbol dari air suci yang berkelanjutan, yang membawa kebaikan,” jelas I Wayan Suata, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Kalimantan Tengah.