Dalam konteks ini, pernyataan Presiden Prabowo Subianto tak lepas dari komitmen global terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca sebagai bagian dari upaya Indonesia untuk mencapai target nol emisi pada tahun 2060. Wakil Presiden RI dalam KTT G20 di Brasil menegaskan bahwa Indonesia akan berkomitmen untuk membangun lebih dari 75 gigawatt tenaga terbarukan dalam kurun 15 tahun mendatang.
Hal ini menjadi tantangan besar bagi ESDM dalam mengimplementasikan kebijakan energi terbarukan. Bahlil Lahadalia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi nasional dengan upaya perlindungan lingkungan serta kesinambungan pasokan energi bagi masyarakat Indonesia.
Komitmen Indonesia untuk pensiun dini PLTU merupakan langkah strategis dalam percepatan penggunaan energi terbarukan guna mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca. Namun, hal ini juga memerlukan perencanaan yang matang, investasi besar, dan kesiapan infrastruktur yang memadai. Implementasi pencapaian target nol emisi harus diimbangi dengan upaya meyakinkan masyarakat akan keberlanjutan pasokan energi yang cukup dan terjangkau.
Dalam menyongsong pensiun dini PLTU dan konversi ke energi terbarukan, Indonesia perlu mengoptimalkan potensi sumber energi terbarukan seperti panas bumi, energy surya, energy angin, dan energi air. Selain itu, infrastruktur yang mendukung peralihan ini juga perlu diperkuat guna memastikan stabilitas pasokan energi nasional.