Tampang.com | Menjelang Pilkada Serentak 2024, kemunculan calon kepala daerah dari keluarga politikus kembali menjadi sorotan. Mulai dari anak, istri, hingga keponakan pejabat aktif atau mantan pejabat, fenomena politik dinasti seakan makin dilegalkan.
Dari Ayah ke Anak, dari Suami ke Istri
Di berbagai daerah, tren calon kepala daerah yang berasal dari lingkaran keluarga elite politik terus berulang. Mereka memanfaatkan pengaruh dan infrastruktur politik keluarga untuk mengamankan tiket pencalonan hingga menggalang suara.
“Ini bukan regenerasi politik, tapi replikasi kekuasaan,” ujar Dian Septiani, peneliti demokrasi lokal dari LIPI.
Demokrasi Lokal Kehilangan Ruang Kompetitif
Politik dinasti berpotensi membunuh kompetisi sehat dalam pemilihan. Kandidat dengan latar belakang independen atau dari kalangan akar rumput sulit bersaing jika tidak memiliki nama besar atau modal politik yang cukup.