Pengamat pendidikan, Dr. Ratna Dewi, menilai langkah ini cukup strategis. “Beasiswa penuh ini akan meningkatkan motivasi mahasiswa untuk masuk ke profesi kesehatan. Terlebih, dengan jaminan penempatan kerja, mereka tidak perlu khawatir akan prospek karier. Ini bisa menjadi game-changer bagi distribusi tenaga medis di Indonesia,” katanya.
Lebih lanjut, Prabowo menekankan pentingnya kolaborasi lintas kementerian untuk keberhasilan program ini. Ia menyebut, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan, dan lembaga pendidikan tinggi akan bekerja sama untuk memastikan kualitas pendidikan tetap tinggi, sekaligus memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan nasional.
Selain itu, pemerintah juga akan mendorong program penelitian dan inovasi di bidang kesehatan melalui beasiswa ini. Mahasiswa penerima beasiswa tidak hanya akan dilatih secara klinis, tetapi juga diberi kesempatan mengembangkan riset di bidang kesehatan masyarakat, farmasi, dan teknologi medis. Tujuannya, agar Indonesia tidak hanya mandiri dalam layanan kesehatan, tetapi juga dalam inovasi dan penelitian medis.
Program beasiswa ini mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan, termasuk mahasiswa dan organisasi profesi kesehatan. Rina, seorang mahasiswa kedokteran asal Sulawesi Tengah, mengaku lega dengan rencana ini. “Biaya kuliah kedokteran sangat tinggi, jadi bantuan penuh seperti ini akan membuat saya bisa fokus belajar dan mengabdi tanpa terbebani masalah finansial,” ujarnya.
Namun, beberapa pihak juga menyoroti tantangan dalam implementasi program ini. Direktur Lembaga Studi Pendidikan Tinggi, Budi Santoso, mengatakan, “Program beasiswa besar ini bagus, tapi harus ada mekanisme pengawasan yang ketat. Jangan sampai setelah lulus, tenaga kesehatan tidak menepati kewajiban mengabdi di daerah terpencil. Selain itu, kualitas pendidikan harus dijaga agar tidak menurun karena beasiswa massal.”