Perusahaan-perusahaan juga masih banyak yang menggunakan teknologi lama sehingga tidak mampu melakukan pemantauan transaksi yang mencurigakan secara menyeluruh, yang kemudian memungkinkan terjadinya penipuan.
“Saya berbicara dengan bank-bank yang masih menggunakan platform berbeda untuk proses KYC dan pemantauan transaksi, sehingga mereka tidak dapat melakukan pemantauan secara yang komprehensif dalam satu platform,” ungkapnya.
Selain itu, perkembangan teknologi terbaru, seperti Deepfake, juga menjadi faktor lain yang dimanfaatkan oleh penjahat atau penipu online. Deepfake adalah teknologi yang memungkinkan pembuatan gambar atau video dengan manipulasi yang dilakukan menggunakan algoritma pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan (AI).
Dengan teknologi Deepfake, penipu dapat menggunakan wajah seseorang yang dikenal oleh korban untuk menipu korban dan melakukan aksi penipuan.
“Para penjahat selalu menjadi yang pertama. Untuk menangkap para penjahat ini, kita harus berfikir seperti mereka untuk dapat memprediksi langkah mereka,” tutupnya.