Tampang.com | Demokrasi kembali menghadapi ujian berat di tengah penyelenggaraan pemilu di sebuah negara berkembang yang sedang krisis. Kekerasan, intimidasi, hingga manipulasi suara menjadi sorotan utama, memunculkan pertanyaan besar tentang legitimasi pemerintahan baru yang terbentuk.
Pesta Demokrasi yang Berubah Jadi Mimpi Buruk
Alih-alih menjadi momen peralihan kekuasaan yang damai, pemilu justru diwarnai bentrokan berdarah di berbagai kota. Kelompok oposisi dan simpatisan mengalami penganiayaan, dan laporan intimidasi terhadap pemilih tersebar luas di media sosial. Banyak TPS dipenuhi aparat bersenjata lengkap yang justru menciptakan ketakutan, bukan perlindungan.
“Suara kami dicuri di depan mata, ini bukan demokrasi,” ujar seorang warga yang enggan disebut namanya. Kekhawatiran ini meluas ke berbagai lapisan masyarakat yang merasa proses pemilu sudah dikendalikan oleh elit tertentu.
Laporan Pelanggaran Mengalir, Tapi Tak Ada Tindakan Tegas
Komisi pemilihan dan lembaga pengawas dianggap tak berdaya, bahkan dituding ikut terlibat dalam skenario kecurangan. Ribuan laporan masuk, mulai dari penghilangan surat suara, pemilih fiktif, hingga intimidasi saksi di TPS.