“Bisa saja ada anak yang salah mengartikan apa yang diajarkan. Mereka justru mengadopsi pendekatan keras dan menggunakannya secara tidak tepat dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.
Solusi Alternatif: Perkuat Peran Guru BK dan Pendekatan Empatik
Alih-alih membentuk barak militer, Diena menyarankan pendekatan yang lebih manusiawi dan edukatif. Ia mengusulkan agar pemerintah, dalam hal ini Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, memberdayakan tenaga Bimbingan Konseling (BK) yang ada di sekolah-sekolah untuk menangani siswa bermasalah secara lebih efektif.
Menurutnya, guru BK yang memiliki empati dan pendekatan interaktif justru bisa membangun kepercayaan serta membuka ruang komunikasi yang hangat dengan siswa.
“Anak-anak itu, ketika diajak bicara dari hati ke hati, biasanya bisa lumer. Saya sering bertemu dengan anak-anak seperti itu, dan pendekatan yang hangat justru jauh lebih efektif daripada kekerasan atau tekanan,” tegas Diena.
Barak Militer Berpotensi Timbulkan Geng Baru?