Meskipun ada tekanan internasional, pendapatan Rusia dari energi pada 2024 hanya turun 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, pendapatan dari ekspor minyak mentah meningkat 6 persen dan gas pipa naik 9 persen.
“Masih ada ketakutan besar dari banyak pemerintah di Barat bahwa memotong impor energi dari Rusia akan menyebabkan lonjakan harga energi,” ujar Mai Rosner, juru kampanye senior dari organisasi Global Witness. “Tak banyak kemauan politik untuk benar-benar membatasi kemampuan Rusia menjual minyak,” tambahnya.
Selain ekspor langsung, minyak Rusia juga masuk ke negara-negara Barat setelah diolah di negara ketiga seperti India dan Turkiye. Skema ini dikenal sebagai refining loophole atau celah hukum di mana minyak Rusia diproses menjadi produk bahan bakar oleh kilang asing lalu dijual ke negara yang menerapkan sanksi. CREA mengidentifikasi sedikitnya enam kilang di India dan Turkiye yang membeli minyak mentah Rusia senilai 6,1 miliar euro (sekitar Rp 112 triliun) untuk dijual ke negara-negara Barat.
“Semua pihak tahu soal celah ini. Ini legal. Tapi tak ada yang benar-benar bertindak tegas,” kata analis CREA, Vaibhav Raghunandan.