Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, telah mengungkapkan bahwa transisi global menuju ekonomi rendah karbon akan membutuhkan investasi sebesar US$3 triliun atau lebih dari Rp 48 kuadriliun per tahun hingga tahun 2050. Angka ini jauh di atas pembiayaan tahunan yang tersedia saat ini.
Dalam pidatonya setelah menghadiri pertemuan para pemimpin keuangan G20 di Rio de Janeiro, Janet Yellen mengatakan, “Mengabaikan penanganan perubahan iklim dan hilangnya alam serta keanekaragaman hayati bukan hanya merupakan kebijakan lingkungan yang buruk. Ini adalah kebijakan ekonomi yang buruk.” Pernyataan tersebut menunjukkan urgensi transisi menuju ekonomi yang ramah lingkungan.
Yellen juga menegaskan bahwa mencapai tujuan emisi nol bersih tetap menjadi prioritas utama pemerintahan Biden-Harris, dan untuk mencapainya akan membutuhkan kepemimpinan yang melampaui batas-batas Amerika Serikat. Di samping itu, ia menyatakan bahwa negara-negara ekonomi kaya telah menyediakan dan memobilisasi rekor US$116 miliar untuk pembiayaan iklim bagi negara-negara berkembang pada tahun 2022, 40% di antaranya berasal dari bank pembangunan multilateral (MDB).