Distribusi dan Logistik yang Menghadapi Tekanan
Selain permintaan yang membludak, sistem distribusi dan logistik juga menghadapi tekanan besar menjelang hari besar. Peningkatan volume barang yang harus dikirim ke berbagai daerah menyebabkan biaya transportasi ikut naik. Truk pengangkut, bahan bakar, dan tenaga kerja logistik menjadi lebih mahal karena tingginya permintaan dan waktu yang terbatas.
Kemacetan di jalur distribusi, terutama menjelang mudik atau arus balik, juga memperlambat pengiriman dan menambah biaya operasional. Pedagang harus mengeluarkan biaya lebih untuk memastikan barang sampai tepat waktu. Biaya tambahan ini pada akhirnya dibebankan kepada konsumen dalam bentuk harga jual yang lebih tinggi. Kendala infrastruktur di beberapa daerah juga bisa memperparah masalah ini, membuat pasokan tidak merata dan memicu spekulasi harga.
Spekulasi dan Perilaku Pedagang
Tidak bisa dipungkiri, elemen spekulasi dan perilaku pedagang juga turut andil dalam kenaikan harga. Beberapa oknum, baik di tingkat distributor maupun pengecer, mungkin saja sengaja menahan pasokan barang atau menaikkan harga secara tidak wajar untuk mengeruk keuntungan lebih besar dari momen puncak permintaan. Praktik penimbunan (hoarding) juga kadang terjadi, menciptakan kelangkaan buatan di pasar sehingga harga bisa melambung tinggi.
Meskipun tidak semua pedagang melakukan hal ini, keberadaan praktik semacam itu, ditambah dengan kurangnya pengawasan yang ketat, bisa memperkeruh situasi. Konsumen yang panik dan terdorong untuk membeli karena takut kehabisan atau harga akan makin tinggi, justru memperkuat sinyal pasar untuk terus menaikkan harga. Siklus ini sulit diputus tanpa intervensi yang kuat dari pemerintah dan kesadaran dari masyarakat.