Korea Utara dan Korea Selatan, dua negara yang terpisahkan oleh Zona Demiliterisasi (DMZ), menyimpan sejarah panjang dan kompleks yang berakar dari berbagai faktor. Akar perpecahan mereka dapat ditelusuri kembali ke masa penjajahan Jepang, Perang Dunia II, dan Perang Dingin.
Masa Penjajahan Jepang (1910-1945)
Pada tahun 1910, Jepang menjajah Semenanjung Korea, menindas budaya Korea dan memaksakan asimilasi. Masa ini menumbuhkan sentimen nasionalis dan keinginan untuk merdeka di antara rakyat Korea. Namun, benih perpecahan mulai terlihat ketika para aktivis kemerdekaan terpecah antara ideologi komunis dan kapitalis.
Pasca Perang Dunia II dan Pembagian Semenanjung (1945-1950)
Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II menandai berakhirnya penjajahan Korea. Namun, kegembiraan kemerdekaan segera memudar karena Sekutu, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet, memutuskan untuk membagi semenanjung di sepanjang garis paralel ke-38. Wilayah utara ditempati oleh Uni Soviet, yang mendukung pemerintahan komunis yang dipimpin oleh Kim Il-sung. Di selatan, Amerika Serikat mendirikan pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Syngman Rhee, seorang nasionalis anti-komunis.