Menurut laporan dari Reuters, Meshaal (68 tahun) menjelma sebagai pemimpin politik Hamas selama pengasingan dirinya setahun sebelum Israel mencoba membunuhnya. Posisi ini memberikannya kesempatan untuk mewakili kelompok Palestina dalam pertemuan dengan pemerintah asing di seluruh dunia tanpa menghadapi hambatan perjalanan yang biasa dialami oleh pejabat Hamas lainnya akibat pembatasan ketat Israel.
Sumber-sumber Hamas mengungkapkan bahwa Meshaal diperkirakan akan terpilih sebagai pemimpin tertinggi kelompok tersebut untuk menggantikan Ismail Haniyeh, yang disebut tewas di Iran pada Rabu dini hari (31/7/2024). Sebagai tanggapan atas pembunuhan Haniyeh, Iran dan Hamas bersumpah untuk melakukan pembalasan terhadap Israel. Disisi lain, pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya, yang berbasis di Qatar serta menjadi negosiator Hamas dalam pembicaraan gencatan senjata Gaza dengan Israel, juga dianggap sebagai kandidat kuat untuk menduduki posisi kepemimpinan Hamas karena ia merupakan favorit Iran dan sekutunya di kawasan tersebut.
Meshaal pernah menjalin hubungan tegang dengan Iran saat ia menyatakan dukungan terhadap pemberontakan yang dipimpin oleh Muslim Sunni pada tahun 2011 melawan Presiden Suriah, Bashar al-Assad.