Wilayah tersebut juga memiliki risiko terhadap dampak ikutan dari gempa, seperti longsor, runtuhan batu, dan likuifaksi. Tidak sedikit, wilayah tersebut pernah diguncang oleh gempa yang cukup dahsyat. Contohnya, gempa dengan kekuatan Mw6,0 yang terjadi pada 29 September 1997, merenggut 16 nyawa dan menyebabkan lebih dari 200 rumah mengalami kerusakan. Dalam konteks ini, pencurian alat BMKG tentu berpotensi meningkatkan risiko keselamatan masyarakat. Tanpa adanya sensor yang berfungsi dengan baik, kecepatan dan akurasi BMKG dalam memberikan informasi tentang gempa dan peringatan dini tsunami di daerah Sulawesi Selatan bakal terpengaruh.
Ingatlah juga bahwa Sulawesi Selatan pernah terdampak will tsunami yang dipicu gempa Mw6,3 pada 11 April 1967, yang menyebabkan 58 orang kehilangan nyawa. Kejadian-kejadian ini jelas menunjukkan betapa pentingnya peran alat pemantau gempa dan sistem peringatan dini tsunami. Keberlanjutan dan fungsi alat ini sangat vital dalam menjaga keselamatan masyarakat yang tinggal yaitu di daerah yang rawan bencana.