Chatib Basri awalnya menyinggung pelemahan rupiah dalam beberapa pekan terakhir yang dipicu oleh kekhawatiran pelaku pasar keuangan terhadap defisit fiskal dan rasio utang yang membengkak pada 2025, terutama sebagai dampak spekulasi akan besarnya kebutuhan dana untuk merealisasikan program prioritas dari Presiden Prabowo, seperti makan bergizi gratis bagi anak sekolah. Namun, setelah dijelaskan bahwa program makan bergizi gratis telah masuk dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 dengan anggaran sebesar 2,29 persen-2,82 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), spekulasi terkait beban defisit terbantahkan. Terlebih lagi, nominal anggaran program itu telah direncanakan sebesar Rp71 triliun pada 2025.
Menurut Chatib Basri, setidaknya ada dua sinyal penting yang seharusnya bisa dipahami pelaku pasar keuangan dari konferensi pers tersebut. Pertama, kebijakan fiskal yang berhati-hati akan dilanjutkan. Kedua, tambahan program pemerintah baru sudah tercakup dalam rentang defisit 2,29 persen-2,82 persen dari PDB. Hal ini menegaskan bahwa pemerintah saat ini dan ke depan tetap akan menjaga disiplin fiskal di bawah 3 persen.