Menurut Dini, meskipun listrik merupakan kebutuhan penting, pembayarannya hanya dilakukan sebulan sekali. Sementara itu, pengeluaran untuk kebutuhan dapur bisa menyedot lebih dari setengah penghasilan keluarga menengah ke bawah setiap bulan.
“Pengeluaran buat makan itu bisa sampai 50–60 persen dari penghasilan, apalagi buat keluarga menengah ke bawah. Jadi dampaknya jauh lebih besar kalau bahan pokok yang dibantu,” katanya.
Pengalaman Lonjakan Tarif Sebelumnya
Dini juga mengingat kembali pengalamannya saat pemerintah memberikan diskon listrik pada Januari dan Februari 2025. Ia menyebut bahwa pada bulan April 2025, tarif listrik untuk rumahnya yang berdaya 1.300 VA justru mengalami lonjakan.
“Kita kayak dikasih senyum di depan, eh ditarik lagi di belakang. Jadi kayak di-PHP. Jangan sampai kejadian kayak gitu terulang. Kita rakyat kecil jangan mau 'di-prank' lagi,” keluhnya.
Bagi Dini, bantuan yang paling dibutuhkan rakyat menengah ke bawah adalah yang menyentuh kebutuhan dasar. “Kalau pemerintah serius mau bantu rakyat, ya tolong fokus ke hal yang paling dasar dulu, bahan pokok. Karena isi perut itu enggak bisa nunggu. Anak-anak juga butuh makan tiap hari, bukan tiap bulan,” ungkap Dini.