Kehadiran "kapal monster" Tiongkok di ZEE Manila menimbulkan kekhawatiran akan potensi eskalasi ketegangan di kawasan Asia Tenggara. Kondisi geopolitik yang sudah tegang di kawasan tersebut dapat semakin memanas dengan adanya insiden semacam ini. Hal ini juga menandai upaya Tiongkok dalam menegaskan dominasinya di Laut Cina Selatan, yang terkenal kaya akan sumber daya alam dan jalur perdagangan strategis.
Diperlukan kerja sama yang kuat antara negara-negara di kawasan dan internasional untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan. Ancaman potensial atas keamanan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut harus diatasi dengan diplomasi yang bijaksana dan tindakan preventif yang efektif.
Ketegangan di Laut Cina Selatan sudah menjadi isu panas dalam relasi internasional, dan klaim-klaim di wilayah tersebut telah menjadi pemicu ketidakstabilan yang terus membuat khawatir kawasan dan masyarakat internasional. Negara-negara di kawasan, seperti Filipina, membutuhkan dukungan internasional untuk melindungi hak-hak maritimnya dan memastikan bahwa jalur perdagangan utama di Laut Cina Selatan tetap aman dan terbuka bagi semua.
Kementerian Luar Negeri Filipina telah berupaya untuk mengatasi sengketa Laut Cina Selatan melalui pendekatan diplomasi multilateral dan dialog dengan negara-negara terkait. Upaya diplomasi semacam ini memerlukan dukungan internasional yang kuat untuk mencapai hasil yang berkelanjutan. Negara-negara anggota ASEAN juga memiliki peran kunci dalam upaya menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.
Keberadaan kapal penjaga Pantai Tiongkok di ZEE Manila juga menunjukkan perlunya memperkuat kerjasama dan koordinasi antar negara tetangga dalam menanggapi ancaman keamanan maritim. Kerjasama tersebut juga memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan yang dihadapi, seperti tindakan provokatif dari pihak-pihak yang ingin mengganggu stabilitas wilayah tersebut.