"Kekayaan budaya yang kita miliki, mulai dari tradisi, bahasa, serta seni, seperti tari dan musik, hingga teater dan kearifan lokal, adalah aset berharga kita. Ini semua dapat menjadi alat untuk menjalin persahabatan serta membangun pemahaman di tingkat global," tambahnya. Oleh karena itu, Fadli mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terlibat aktif dalam diplomasi budaya. Ia mengingatkan bahwa partisipasi dalam diplomasi budaya tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi merupakan gerakan kolektif yang melibatkan setiap individu dalam menciptakan ekosistem budaya yang saling mendukung.
“Saya ingin menekankan bahwa diplomasi budaya harus dipahami sebagai tanggung jawab bersama. Setiap orang memiliki peran penting dalam membangun interaksi antarbudaya yang lebih baik,” ungkap Fadli dalam diskusinya.
Kuliah umum ini juga menghadirkan Dr. John Lenczowski, seorang ahli yang merupakan pendiri sekaligus Presiden Emeritus dari The Institute of World Politics. Dalam kesempatan tersebut, Lenczowski menyampaikan pentingnya diplomasi budaya yang harus didasarkan pada kejelasan moral, harmoni antaragama, serta kebenaran. Menurutnya, hal-hal tersebut merupakan fondasi bagi terciptanya keamanan dan perdamaian di tingkat global. “Diplomasi masyarakat harus mengintegrasikan berbagai fungsi, tidak hanya kebijakan luar negeri, tetapi juga mencakup kebijakan informasi, propaganda, dan diplomasi agama. Hal ini semua berperan dalam membangun hubungan yang saling percaya dengan berbagai pemangku kepentingan,” jelasnya.