Ia menilai upaya pembersihan sebelumnya hanya bersifat sementara dan kurang menyelesaikan akar masalah. Bahkan, menurutnya, proses pembersihan hanya dilakukan dua hari, setelah itu volume sampah kembali menumpuk tanpa pengelolaan serius. “Kalau diviralin juga kayaknya cuma viral doang, kita ngomong juga capek,” tambah Yayu.
Kondisi ini tidak hanya mengganggu kenyamanan warga, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan, khususnya bagi anak-anak dan lansia di sekitar TPS3R.
Sugio (60), seorang pedagang sayur di sekitar pasar, menambahkan bahwa para pedagang kerap dipungut biaya kebersihan. Namun, ia mempertanyakan efektivitas dari pemungutan tersebut karena kebersihan di lokasi justru makin menurun. “Kalau salaran sih ada saja. Kadang-kadang ya Rp 2.000, ada dua kali, tiga kali. Tapi malah jadi enggak bersih, makin malah dipintain doang,” katanya.
