Namun demikian, Fitch juga menyoroti risiko fiskal jangka menengah yang meningkat, terkait dengan janji-janji kampanye Prabowo, termasuk program makan siang dan susu gratis di sekolah yang dapat menghabiskan biaya sekitar 2% PDB setiap tahunnya. Selain itu, pernyataan Prabowo mengenai kemampuan Indonesia untuk mempertahankan rasio utang pemerintah/PDB yang jauh lebih tinggi juga menunjukkan adanya risiko terhadap proyeksi fiskal dasar Fitch.
Di samping Fitch Rating, laporan mingguan Pratinjau Ekonomi Asia Pasifik dari Moody's Analytics juga menyoroti kemenangan Prabowo. Analisis ini memperkirakan bahwa Partai Gerinda yang mengusung Prabowo akan menjadi bagian dari pemerintahan koalisi. Dari segi kebijakan ekonomi, Prabowo diindikasikan akan tetap berpegang pada kebijakan presiden sebelumnya, Joko Widodo.
Selain itu, media asal Singapura, Channel News Asia (CNA), juga turut memuat analisis terkait kemenangan Prabowo. Laman tersebut mengutip opini pakar Andree Surianta yang pertama kali dimuat Lowy Institute, The Interpreter. Analisis ini menyoroti janji Prabowo untuk melanjutkan program infrastruktur besar yang diusung Jokowi, termasuk peningkatan belanja pertahanan dan bantuan sosial. Analisis tersebut juga menyinggung potensi perubahan dalam kabinet pemerintahan, terutama terkait jabatan Menteri Keuangan Sri Mulyani.