Selain itu, beberapa buruh juga merasa bahwa kontribusi yang harus mereka berikan untuk program Tapera terlalu tinggi dan membebani. Mereka merasa bahwa dengan upah yang relatif rendah, kontribusi untuk Tabungan Perumahan Rakyat yang diwajibkan akan mengurangi daya beli mereka secara keseluruhan. Hal ini menjadi alasan kuat bagi mereka untuk menolak program tersebut, karena mereka lebih memilih untuk menggunakan pendapatan mereka untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka berpendapat, sebaiknya pemerintah menyediakan rumah terlebih dahulu sebelum buruh membayar iuran.
Terdapat juga ketidakpastian terkait manfaat yang akan diperoleh oleh buruh setelah pensiun melalui program Tapera. Beberapa buruh meragukan bahwa mereka akan mendapatkan manfaat yang sesuai dengan kontribusi yang sudah mereka berikan selama ini. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran yang wajar, mengingat proses birokrasi dan distribusi dana pemerintah yang terkadang tidak transparan.