"Risiko aktivasi penyakit sangat kecil karena virus dilemahkan, otomatis tidak virulen, tidak bisa menyebabkan rangsangan penyakit pada orang yang diimunisasi," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Satgas Imunisasi IDAI, Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A, Subs.TKPS(K), menuturkan bahwa efek samping vaksin campak hanya bersifat ringan. Sekitar 5–15 persen anak yang diimunisasi mungkin mengalami demam yang dapat sembuh sendiri, sementara hanya sekitar 2 persen yang mengalami ruam.
Hartono juga menyinggung hoaks lama yang menyebut vaksin MMR (campak, gondongan, rubela) dapat menyebabkan autisme. Penelitian yang menjadi sumber klaim tersebut, jelasnya, hanya melibatkan 12 anak, dilakukan tidak sesuai standar, dan sudah ditarik kembali. Dokter yang melakukan penelitian pun dilarang praktik.