Setelah merombak SSF, Xi memecah divisi luar angkasa hingga perang siber menjadi bagian sendiri di bawah pengawasan Komisi Militer Pusat yang diketuai langsung oleh Presiden China. Xi juga menyatakan bahwa struktur baru tersebut penting dalam membantu China memenangkan peperangan modern, suatu bidang yang saat ini didominasi oleh militer Amerika Serikat.
Beberapa pakar melihat reorganisasi militer ini sebagai indikasi bahwa China ingin menyaingi kemampuan militer AS. Mereka menilai bahwa tujuan jangka panjang Xi adalah melampaui Amerika Serikat secara militer dan menjadikan China sebagai kekuatan militer terkemuka di kawasan dan dunia.
AS dan China terlibat sejumlah perselisihan terutama soal Taiwan dan Laut China Selatan (LCS). China kerap memandang AS melanggar hukum internasional karena melewati wilayah negara lain tanpa izin, sedangkan AS menyebut LCS adalah perairan internasional yang bisa dilewati siapa saja. Di sisi lain, AS juga sering menunjukkan tanda-tanda dukungan ke Taiwan yang ingin memisahkan diri, hal ini tentu saja menjadi hal yang dibenci oleh China.
Dalam beberapa bulan terakhir, China juga menunjukkan indikasi ke Taiwan dan dunia soal peningkatan kekuatan militer mereka. Menjelang pemilu Taiwan, sektor informasi di pulau itu dibombardir serangan siber dan kampanye disinformasi yang dituding sebagai ulah China. Setelah pelantikan presiden baru Taiwan, China tampak makin garang dengan menggelar 'simulasi perang' dengan mengepung pulau itu dan meluncurkan rudal.