Pada tahun 2023, Singapura mengalami penurunan historis dalam tingkat kesuburan totalnya, turun menjadi 0.97, jauh di bawah tingkat penggantian sebesar 2.1.
Penurunan ini, yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti pandemi Covid-19 dan keyakinan budaya yang terkait dengan kalender lunar, menyajikan tantangan signifikan termasuk menyusutnya angkatan kerja dan penuaan penduduk.
Untuk menanggulangi tren ini, Pemerintah Singapura telah memperkenalkan berbagai langkah seperti peningkatan Baby Bonus, perpanjangan cuti ayah, dan memperbolehkan pembekuan telur secara elektif.
Selain itu, upaya untuk mempromosikan pengaturan kerja yang fleksibel dan mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan bertujuan untuk meredakan dampak sosial-ekonomi dari penurunan tingkat kesuburan.