Zoya Miari, seorang pengungsi Palestina Ukraine berusia 24 tahun, memberitahu TRT World bahwa dia secara pribadi telah mengalami adanya dua standar Barat sejak awal perang Israel atas Gaza.
Ayah Miari, seorang Palestina, bertemu dengan ibunya ketika sedang belajar kedokteran di Ukraina. Keluarga itu tinggal di sebuah perkemahan pengungsi Palestina di Lebanon hingga tahun 2021 ketika mereka pindah ke Ukraina, sebuah negara tempat mereka harus melarikan diri setelah invasi Rusia.
Keluarga tersebut, yang telah menjadi pengungsi dua kali, kini tinggal di Swiss dan berharap bahwa suatu hari "Palestina dan Ukraina akan bebas" sehingga mereka bisa kembali pulang. Menurut Zoya, dia merasa bahwa separuh jiwanya dianggap sebagai tak berharga sementara setengah lainnya dianggap manusiawi sepenuhnya.
Hal ini menunjukkan pengalaman pribadinya yang mencerminkan adanya standar ganda dalam pandangan Barat terhadap pengungsi. Tradisi literasi Barat sering kali mengakui keberadaan individu sebagai subjek yang berdaulat dan bebas, sementara kaum pengungsi terkadang dilihat dari sudut pandang yang lebih dehumanisasi.