Begitu melihat karpet merah terhampar, pikiran kita langsung melayang pada kemewahan, glamor, dan sosok-sosok penting. Dari ajang penghargaan film bergengsi, acara kenegaraan, hingga pernikahan bangsawan, karpet merah selalu hadir sebagai simbol status dan kehormatan. Tapi, pernah enggak kita bertanya, kenapa harus warna merah? Apa ada cerita khusus di balik pemilihan warna itu? Ternyata, penggunaan karpet merah punya sejarah panjang dan akar makna yang dalam, jauh sebelum Hollywood mengenalnya.
Jejak Awal Karpet Merah: Kekuasaan dan Keagungan
Penggunaan karpet merah sebagai tanda kehormatan bisa ditarik jauh ke masa lampau. Salah satu catatan paling awal datang dari literatur Yunani kuno, tepatnya dalam drama Agamemnon karya Aeschylus yang ditulis pada tahun 458 SM. Dalam kisah tersebut, Clytemnestra, istri Raja Agamemnon, menyambut suaminya kembali dari Perang Troya dengan membentangkan kain berwarna merah. Tujuannya jelas: untuk menghormati Agamemnon sebagai pahlawan perang dan raja, sebuah perlakuan yang dikhususkan bagi dewa-dewa. Agamemnon sendiri awalnya ragu untuk berjalan di atas kain merah tersebut karena merasa tidak pantas, menganggap itu sebagai tindakan yang hanya layak bagi dewa. Ini menunjukkan bahwa sejak ribuan tahun lalu, warna merah sudah diasosiasikan dengan kemuliaan, status dewa, dan kemewahan yang luar biasa. Kain merah ini bukan sembarang barang; pewarna merah pada masa itu, terutama yang cerah dan tahan lama, sangatlah mahal dan sulit didapatkan. Pigmen merah seringkali berasal dari serangga langka atau mineral berharga, menjadikannya simbol kekayaan ekstrem.
Simbol Status Bangsawan dan Rohani