PBB resmi memasukkan pasukan militer Israel (IDF) ke dalam daftar kelompok yang melakukan pelanggaran HAM terhadap anak-anak. Keputusan ini juga melibatkan kelompok Hamas dan Jihad Islam Palestina, yang juga masuk dalam daftar yang sama.
Sebelumnya, daftar hitam PBB telah mencakup negara-negara seperti Arab Saudi, Afghanistan, Republik Demokratik Kongo, Sudan, Suriah, dan Yaman. Namun, kali ini, penambahan Israel ke dalam daftar hitam PBB memberikan dampak yang signifikan di kancah internasional.
Pembukaan gerbang masuknya Israel ke dalam daftar hitam (blacklist) PBB terjadi setelah berlangsungnya perang selama delapan bulan di Gaza, yang menewaskan lebih dari 15.500 anak-anak, menurut data resmi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan setempat. Tragedi tersebut telah menimbulkan keprihatinan besar di banyak negara di seluruh dunia, termasuk di kancah diplomatik internasional.
Riyad Mansour, utusan Palestina untuk PBB, menegaskan bahwa keputusan untuk menambahkan Israel ke dalam daftar tersebut tidak hanya sekadar sebuah dokumen yang diterbitkan oleh PBB, melainkan juga sebagai simbol kepedulian terhadap nasib anak-anak yang menjadi korban. "Tidak akan mengembalikan puluhan ribu anak-anak kita yang dibunuh oleh Israel selama beberapa dekade dan tidak akan mengembalikan kehidupan normal bagi anak-anak yang cacat permanen," ujarnya dengan tegas.
Daftar hitam atau blacklist merupakan mekanisme penamaan dan penghukuman yang diterapkan oleh PBB. Daftar ini bukanlah sekadar apa-apa, tetapi memiliki implikasi politik yang sangat kuat. Instruksi tambahan: Buat jadi 500 kata dan tanpa akhiran paragraf yang menunjukkan kesimpulan. Kabar mengenai masuknya Israel, Hamas, dan Jihad Islam Palestina ke dalam daftar hitam PBB telah memicu respons yang bermacam-macam di kalangan masyarakat internasional. Ada yang menanggapinya dengan kekhawatiran berat, sementara ada pula yang merasa lega karena PBB akhirnya memberikan perhatian serius terhadap kasus pelanggaran HAM yang disorot secara internasional.