Sejak muncul di kancah internasional pada awal dekade 2010-an, ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) telah mengalami berbagai perubahan dalam taktik dan strateginya. Organisasi teror ini dikenal dengan kekejamannya yang ekstrem, serta metode-metode yang terus berkembang untuk mencapai tujuan mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan taktik dan strategi ISIS mencerminkan adaptasi mereka terhadap tekanan global dan perubahan dinamika di lapangan.
1. Evolusi Taktik Serangan
Pada puncak kekuasaan mereka, ISIS terkenal dengan serangan besar-besaran yang melibatkan penguasaan wilayah dan pembentukan kekhalifahan. Mereka mengendalikan sejumlah besar wilayah di Irak dan Suriah, yang memungkinkan mereka untuk menggunakan taktik serangan besar, seperti penyerangan langsung dan pembentukan benteng-benteng pertahanan. Namun, setelah kekalahan besar di Mosul pada tahun 2017 dan berbagai tekanan militer dari koalisi internasional, ISIS mulai mengubah taktiknya.
a. Serangan Kecil dan Teror Lokal: Sejak kehilangan sebagian besar wilayahnya, ISIS beralih ke taktik serangan kecil dan teror lokal. Mereka lebih fokus pada serangan yang menargetkan fasilitas publik, seperti pasar dan tempat ibadah, menggunakan metode-metode seperti bom bunuh diri dan serangan penembakan. Hal ini dirancang untuk menimbulkan ketakutan dan menarik perhatian media global dengan dampak yang lebih langsung pada masyarakat sipil.
b. Serangan Teror di Luar Wilayah Kontrol: ISIS juga meningkatkan aktivitasnya di luar wilayah yang mereka kuasai secara langsung. Mereka memanfaatkan jaringan sel tidur di berbagai negara untuk melancarkan serangan teror. Serangan-serangan ini sering kali dilakukan dengan bantuan elemen lokal atau individu yang terinspirasi oleh ideologi mereka, seperti yang terjadi di Eropa dan Asia Tenggara.