Berdasarkan laporan yang dirilis pada 15 April, Israel sebenarnya telah bersiap untuk melakukan serangan darat di kota selatan Gaza, yaitu Rafah, namun terpaksa menunda aksi tersebut akibat serangan balasan Iran.
Berdasarkan sumber-sumber Israel yang dikutip dalam laporan tersebut, Angkatan Udara Israel seharusnya mulai menjatuhkan selebaran kepada warga Palestina untuk mengungsikan Rafah pada 15 April.
Namun, keputusan itu ditunda setelah pada 13 April, Iran menembak lebih dari 300 rudal dan pesawat tanpa awak ke arah Israel, 99% di antaranya berhasil dicegat menurut otoritas Israel.
Militer Israel menolak untuk memberikan komentar terkait hal tersebut, sesuai dengan laporan tersebut.
Terkait balasan yang diharapkan dari Israel atas serangan Iran, saluran televisi publik Israel, TV KAN, menyatakan bahwa Tel Aviv berencana melakukan "tanggapan yang terbatas" yang memungkinkan Iran untuk mengendalikannya, demi menghindari perang secara keseluruhan.
Mengenai sifat serangan yang direncanakan oleh Israel, saluran televisi tersebut menyebutkan bahwa balasan Israel bisa berupa pembunuhan di dalam Iran atau serangan dunia maya dalam skala luas.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, telah mendorong Israel untuk meninggalkan rencana serangan darat di Rafah di mana lebih dari 1,4 juta orang mencari perlindungan dari serangan terus-menerus Tel Aviv di Gaza.
Dengan sikap yang semakin meningkat, Israel harus mempertimbangkan langkah-langkahnya dengan hati-hati. Serangan balasan yang dilakukan oleh Iran telah menimbulkan dampak yang signifikan dan diharapkan agar kedua belah pihak dapat menemukan solusi yang damai. Situasi ini harus dicermati secara seksama oleh komunitas internasional, karena eskalasi konflik di wilayah tersebut dapat membawa dampak yang luas bagi perdamaian di Timur Tengah.