Di tengah ketergantungan antarnegara dalam perdagangan internasional, setiap negara berupaya untuk meningkatkan volume dan nilai ekspor sembari mengurangi ketergantungan terhadap produk impor. “Pengalaman ini sangat dinamis, dan seiring berjalannya waktu, negara-negara mencari titik keseimbangan dalam perdagangan mereka,” terang Wirson.
Ia juga menyoroti bahwa awal mula konflik dagang ini membuat banyak pelaku usaha semakin cermat dalam mengevaluasi rantai pasokan bahan baku. Mereka mulai memeriksa dengan seksama barang-barang yang didatangkan dari luar, serta mengukur seberapa besar produk yang diekspor, terutama ke AS. Tak dapat dipungkiri, kondisi ini jelas berpengaruh terhadap UMKM, khususnya bagi mereka yang mengandalkan pasar ekspor ke AS, di mana banyak kesepakatan telah terjalin sebelum kebijakan baru diberlakukan.
Terdapat rasa cemas di kalangan pelaku usaha mengenai arah perkembangan situasi ini, dan banyak yang mulai mempertimbangkan alternatif negara lain untuk tujuan ekspor. Namun, Wirson percaya bahwa kegelisahan ini tidak akan berlangsung lama. Dia optimis bahwa negosiasi yang dilakukan oleh pemerintah dengan AS merupakan langkah positif untuk menjaga stabilitas ekspor.
Dia menekankan bahwa situasi ini seharusnya memicu pelaku usaha untuk memperluas jaringan pasar internasional dan menjalin kerjasama perdagangan dengan negara lain, serta semakin inovatif dalam mengembangkan varian produk yang ditawarkan. Wirson mencatat bahwa era perang dagang ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya memperhatikan regulasi dan kondisi global yang berpengaruh pada setiap aspek bisnis.