“Lembaga internasional tak boleh hanya jadi penonton. Jika mereka tidak bisa bertindak, lalu siapa yang bisa melindungi korban sipil?” tegas aktivis HAM dari Asia Selatan.
Sementara itu, negara-negara kuat dunia seperti hanya sibuk mempertahankan posisi politik dan aliansi militer masing-masing, bukannya menciptakan ruang perdamaian.
Eksodus Pengungsi, Krisis Baru Mengancam
Dampak dari konflik ini tak hanya berhenti pada korban jiwa. Lonjakan pengungsi mulai membanjiri perbatasan negara-negara tetangga, menciptakan tantangan sosial dan ekonomi baru. Banyak dari mereka hidup tanpa kepastian, menggantungkan harapan pada bantuan internasional yang datang tidak menentu.
“Kami tidak tahu akan ke mana. Setiap hari adalah pertaruhan hidup,” kata seorang pengungsi yang berhasil lolos dari daerah konflik dengan membawa dua anaknya.
Media Sosial Menjadi Medan Perang Narasi
Di tengah lemahnya perhatian dunia, media sosial menjadi ruang utama untuk menyuarakan derita para korban. Video dan foto dari lapangan banyak dibagikan, mengundang simpati sekaligus kecaman terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab. Namun di sisi lain, disinformasi dan propaganda juga ikut menyebar, membingungkan publik global.