Kematian Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, akibat serangan udara Israel pada Sabtu (28/9/2024) telah menimbulkan guncangan di Lebanon dan kawasan Timur Tengah. Kejadian ini tidak hanya menciptakan ketegangan di wilayah tersebut, tetapi juga memicu reaksi dari berbagai pihak internasional, termasuk dari Paus Fransiskus.
Pada perjalanan pulang dari Belgia, Paus Fransiskus menyatakan bahwa serangan Israel di Gaza dan Lebanon telah melampaui batas moral dan aturan perang. Walaupun tidak menyebut Israel secara langsung, Paus menyampaikan bahwa "pertahanan harus selalu proporsional dengan serangan." Ia menekankan bahwa ketidakproporsionalan akan memunculkan dominasi yang melampaui moralitas, seperti yang dikutip oleh Associated Press.
Hassan Nasrallah, sebagai tokoh berpengaruh di Hizbullah selama tiga dekade, memiliki peran besar dalam dinamika politik dan militer di Lebanon. Hizbullah, yang didukung oleh Iran, telah lama menjadi ancaman bagi Israel, dengan sejarah konfrontasi dan serangan balasan yang berkelanjutan. Kematian Nasrallah dianggap sebagai pukulan besar bagi kelompok tersebut, dan berpotensi memicu eskalasi lebih lanjut di wilayah tersebut.
Presiden AS, Joe Biden, menggambarkan serangan terhadap Nasrallah sebagai "tindakan keadilan" atas para korban dari rezim teror yang dijalankan oleh Hizbullah. Pandangan ini sejalan dengan mayoritas negara Barat, yang melihat Hizbullah sebagai ancaman bagi stabilitas regional.