Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), juga dikenal sebagai Islamic State (IS), adalah kelompok teroris yang telah mengguncang dunia dengan metode kekerasan dan teror yang ekstrem. Didirikan pada tahun 2013, ISIS telah menjadi simbol terorisme modern yang menggabungkan kekuatan militer dengan ideologi ekstremis untuk mencapai tujuan politiknya. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana ISIS menggunakan teror sebagai alat politik dan dampaknya terhadap keamanan internasional.
1. Ideologi dan Tujuan Politik ISIS
ISIS mengusung ideologi ekstremis yang berbasis pada interpretasi radikal dari Islam. Mereka bertujuan untuk mendirikan sebuah negara Islam yang ketat berdasarkan hukum syariah, yang disebut sebagai "khilafah." Untuk mencapai tujuan ini, ISIS tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga menggunakan teror untuk menanamkan rasa takut dan kekacauan di masyarakat yang mereka targetkan.
Penting untuk dipahami bahwa ideologi ISIS tidak hanya berfokus pada pencapaian kekuasaan politik di wilayah yang mereka kuasai, tetapi juga pada penyebaran pengaruh dan kekacauan di seluruh dunia. Melalui serangan teror yang dirancang untuk menarik perhatian internasional, ISIS berusaha memprovokasi konflik antar negara dan memperluas jangkauan ideologinya.
2. Strategi Teror ISIS
Strategi teror ISIS melibatkan berbagai taktik untuk mencapai tujuannya. Salah satu metode utamanya adalah serangan bom bunuh diri, yang sering kali dilakukan di tempat-tempat umum seperti pasar, masjid, dan pusat pemerintahan. Serangan-serangan ini tidak hanya menyebabkan kerugian besar di kalangan sipil, tetapi juga bertujuan untuk mengguncang kestabilan politik dan sosial di negara target.