Tampang

Kebijakan 4 Hari Kerja di Negara-Negara Eropa, Efeknya Gimana?

21 Jul 2025 10:32 wib. 23
0 0
Hari Kerja
Sumber foto: Canva

Gagasan tentang minggu kerja empat hari, di mana karyawan bekerja lebih sedikit hari namun dengan upah penuh, semakin populer di Eropa. Beberapa negara dan perusahaan di sana sudah mulai menguji coba atau bahkan menerapkan kebijakan ini. Idenya sederhana: kurangi hari kerja, tingkatkan produktivitas dan kesejahteraan. Tapi, seefektif apa sih sebenarnya kebijakan ini di lapangan? Apakah memang semudah kedengarannya, atau ada tantangan tersembunyi yang perlu kita pahami?

Produktivitas: Fokus Bertambah, Hasil pun Meningkat?

Salah satu argumen utama pendukung 4 hari kerja adalah peningkatan produktivitas. Logikanya, kalau pekerja punya waktu istirahat lebih banyak, mereka akan lebih segar, fokus, dan termotivasi saat bekerja. Hasil uji coba di beberapa negara Eropa, seperti Islandia dan Inggris, menunjukkan tren positif. Pekerja melaporkan bahwa mereka merasa lebih berenergi dan mampu menyelesaikan tugas lebih efisien dalam waktu yang lebih singkat. Perusahaan sering melihat peningkatan output atau setidaknya mempertahankan level produktivitas yang sama, bahkan dengan jam kerja yang berkurang.

Bagaimana bisa? Karyawan cenderung lebih fokus pada tugas-tugas inti, mengurangi waktu yang terbuang untuk hal-hal yang kurang produktif seperti rapat yang tidak perlu atau gangguan kecil. Mereka jadi lebih sadar waktu. Selain itu, prospek libur panjang tiga hari di akhir pekan bisa jadi motivasi kuat untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum deadline. Intinya, bukan tentang berapa lama mereka bekerja, tapi seberapa efektif mereka bekerja. Ini menunjukkan bahwa produktivitas bukan cuma soal kuantitas jam kerja, tapi juga kualitas dan intensitas fokus.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

Pantai Bali
0 Suka, 0 Komentar, 9 Apr 2024

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?