Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih membawa dampak yang luas, tak hanya dalam politik dan ekonomi, tetapi juga terhadap ekosistem penelitian ilmiah di Amerika Serikat. Dalam upaya efisiensi besar-besaran, pemerintahan Trump memangkas miliaran dolar dari anggaran yang sebelumnya dialokasikan untuk mendanai proyek-proyek sains dan inovasi teknologi. Keputusan ini menyebabkan banyak ilmuwan kehilangan pekerjaan dan membuka peluang eksodus besar-besaran para cendekiawan AS ke negara lain.
Langkah pemotongan anggaran ini memicu kekhawatiran di kalangan akademisi dan peneliti. Berbagai universitas serta lembaga federal, yang selama ini menjadi tulang punggung inovasi dan riset ilmiah di Negeri Paman Sam, kini menghadapi gelombang pembekuan perekrutan, pemangkasan staf, hingga penghentian penerimaan mahasiswa pascasarjana. Bahkan, Universitas Harvard sempat dicabut izinnya untuk menerima mahasiswa internasional—meskipun akhirnya keputusan ini ditunda oleh pengadilan.
Fenomena ini menjadi celah bagi negara-negara lain untuk menyambut talenta ilmiah yang terdampak. Berbagai inisiatif global mulai diluncurkan demi menarik peneliti-peneliti yang kecewa dan kehilangan dukungan di AS.
Salah satu program paling ambisius datang dari Kanada. Diluncurkan pada April 2025, program "Canada Leads" bertujuan untuk membina generasi baru inovator, terutama di bidang biomedis. Inisiatif ini didesain untuk menarik peneliti muda ke Kanada dengan menawarkan lingkungan yang lebih stabil dan mendukung kemajuan ilmu pengetahuan.
Prancis pun tidak mau ketinggalan. Universitas Aix-Marseille memprakarsai program bertajuk "Safe Place for Science" pada Maret 2025, sebagai bentuk solidaritas terhadap ilmuwan yang merasa terkekang di Amerika. Program ini secara terbuka menyatakan kesiapan mereka untuk menjadi rumah baru bagi peneliti yang ingin tetap berkarya tanpa tekanan politik dan keterbatasan dana.